Jabar.waspada.co.id – Kabar terbaru dari mancanegara menyebutkan, kepercayaan publik terhadap media Amerika Serikat (AS) merosot tajam, berdasarkan hasil survei pendapat global yang diselenggarakan CGTN Think Tank.
Disebutkan, hasil survei mengindikasikan, 84,12 persen responden meyakini kredibilitas media AS sedang anjlok.
Selanjutnya, media Amerika juga dinilai memiliki banyak masalah seperti peliputan yang kontradiktif, menunda rilis informasi, dan diam-diam selektif dalam meliput sejumlah insiden seperti ledakan saluran pipa Nord Stream dan tergelincirnya kereta api Ohio.
Mengutip laman CGTN, Kamis (2/3), liputan tergelincirnya kereta yang menumpahkan zat kimia berbahaya di Ohio, media AS mengklaim air di kota itu aman untuk diminum, tapi di satu sisi mengingatkan warga setempat untuk membeli air mineral, yang justru memicu sejumla pertanyaan.
Menurut survei, 90,94 persen responden mengeluhkan lamban dan tidak efektifnya pengungkapkan informasi oleh media Amerika. Sedangkan 94,36 persen mengatakan liputan media AS tidak komprehensif tapi kontradiktif, semakin memperburuk kepanikan di kalangan masyarakat setempat.
Responden juga mengecam sikap selektif media AS dalam meliput kasus tersebut. Survei menemukan, 92 persen responden global mengungkapkan kekecewaannya terkait sikap selektif tersebut, mengatakan berita yang mereka sajikan palsu dan bias, bertentangan dengan klaim profesionalisme media tersebut.
Awal Februari, jurnalis investigasi pemenang Pulitzer, Seymour Hersh menulis laporan yang diterbitkan sendiri di situs Substack, AS meledakkan saluran pipa Nord Stream yang mengalirkan gas alam di bawah Laut Baltik dari Rusia ke Eropa Barat.
Menurut laporan Hersh, media AS termasuk The Washington Post, The New York Times, dan The Wall Street Journal sengaja bungkam, membantu bungkamnya pemerintah AS.
Dalam wawancaranya pada Sabtu, Hersh mengklaim Presiden AS Joe Biden memerintahkan penghancuran saluran pipa Nord Stream untuk memastikan Jerman tidak akan mengubah sikapnya terkait sanksi terhadap Rusia dan pengiriman senjata ke Ukraina.
Hersh mengungkapkan, dia telah menghubungi Gedung Putih dan Badan Intelijen Pusat (CIA) untuk mengonfirmasi laporan tersebut dan keduanya membantah klaim tersebut. Survei ini diterbitkan oleh CGTN berbahasa Inggris, Spanyol, Prancis, Arab, dan Rusia. Survei ini diikuti oleh 29.139 responden. (merdeka/wol/pel/d1)
Discussion about this post