Jabar.waspada.co.id – Emotional numbness atau mati rasa secara emosional adalah sesuatu yang dialami setiap orang pada beberapa titik kehidupan.
Setiap orang pasti pernah melalui masa-masa stres dalam hidup. Ada yang bisa melalui stres dengan baik, namun ada juga yang sulit mengatasinya. Stres yang terus menumpuk tanpa solusi bisa mengarah pada kecemasan berlebih, bahkan berujung depresi. Terlebih, tumpukan stres yang berlarut-larut berpotensi menyebabkan kondisi emotional numbness.
Menurut psikolog Mayra Mendez, emotional numbness adalah kondisi di mana seseorang merasa hampa dan kesulitan dalam mengungkapkan emosi yang dirasakannya. Kondisi ini bisa disebabkan oleh stres berat atau kecemasan berlebihan. Dalam kondisi ini, penderita bisa kehilangan minat pada hal-hal yang disukainya.
Sering kali, mati rasa emosional menghasilkan pembatasan sementara dalam kapasitas untuk merasakan atau mengekspresikan emosi.
“Sementara mati rasa emosional menghalangi atau mematikan perasaan dan pengalaman negatif, itu juga mematikan kemampuan untuk mengalami kesenangan,” ujar Mayra.
“Ini juga mengganggu keterlibatan dalam interaksi positif dan aktivitas sosial, keterbukaan untuk keintiman, minat sosial, dan keterampilan memecahkan masalah,” tambahnya.
Pada akhirnya, mati rasa emosional menjadi alat koping termasuk penghindaran, penolakan, dan pelepasan yang menghalangi kapasitas untuk menghadapi, memproses, memecahkan masalah, serta mengelola emosi dan pengalaman.
Tanda-tanda atau gejala mati rasa emosional meliputi:
– Kehilangan minat pada aktivitas penting yang sebelumnya kamu nikmati
– Merasa jauh atau terpisah dari orang lain
– Gagal mengelola perasaan
– Merasa datar, baik secara fisik maupun emosional
– Mengalami ketidakmampuan untuk berpartisipasi penuh dalam kehidupan
– Mengalami kesulitan dengan mengalami perasaan positif seperti kebahagiaan
– Lebih suka menyendiri daripada bersama orang lain
Emotional numbness dapat terjadi sebagai akibat dari rasa sakit fisik atau emosional. Dalam upaya melindungi diri agar tidak disakiti lagi, melepaskan atau mematikan perasaan yang terkait dengan situasi tersebut adalah solusinya.
Ketika hal tersebut terjadi, kamu mungkin merasakan kelegaan sementara. Seiring waktu, pelindung ini mulai menghalangi interaksi sosial dan mengelola emosi positif dan negatif.
Untuk mengatasi trauma dari suatu peristiwa, beberapa orang akan beralih ke mati rasa atau penghindaran emosional sebagai cara untuk mengelola rasa sakit emosional dan fisik.(berbagaisumber/ond/d1)
Discussion about this post