DEPOK, jabar.waspada.co.id – Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil melarang kegiatan susur sungai tanpa standar operasional prosedur (SOP) yang jelas dari Badan Penanggulangan Daerah (BPBD). Hal itu dia lakukan setelah terjadi tragedi tenggelamnya siswa MTs Harapan Baru Ponpes Cipasung saat menjalankan kegiatan Pramuka dan susur sungai di Sungai Cileueur, Kabupaten Ciamis, Jumat (15/10).
“Untuk itu, saya minta kepada BPBD untuk menyusun sebuah SOP bagaimana kegiatan alam itu bisa dilaksanakan dengan tetap mengutamakan keselamatan dan keamanan. Mungkin BPBD, saya sudah minta dan berkoordinasi dengan pencinta alam profesional, seperti Wanadri, sehingga di masa depan tidak boleh terulang lagi hal-hal ini,” pinta Ridwan Kamil di sela-sela takziah kepada keluarga salah satu santri yang wafat akibat insiden susur sungai di Kota Depok, Sabtu (16/10).
“Karena kehilangan satu nyawa itu tidak bisa tergantikan oleh apapun. Apalagi sekarang jumlahnya tidak sedikit,” imbuhnya.
Ridwan Kamil mengungkapkan turut berduka atas wafatnya 11 siswa tersebut MTs Harapan Baru Ponpes Cipasung.
“Saya selaku Pem da Provinsi Jawa Barat juga besama Wali Kota Depok, turut berduka cita yang mendalam atas berpulangnya 11 anak-anak kita di Ciamis. Kami sangat merasakan rasa kehilangan para orang tua,” ucap Ridwan Kamil.
Kemudian Ridwan Kamil meminta kepala daerah dan Kementerian Agama Provinsi Jabar untuk evaluasi kegiatan pembelajaran tatap muka melalui tahapan yang ketat, termasuk kegiatan susur sungai yang sudah menelan korban jiwa.
“Saya sudah minta sesuai kewenangan, level SMP Tsanawiyah itu ada di bupati dan Kemenag untuk melakukan evaluasi secara menyeluruh,” jelas Ridwan Kamil.
Di tempat terpisah, Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum pula turut berduka atas kejadian meninggalnya 11 siswa tersebut.
“Saya atas nama pribadi dan atas nama Pemerintah Provinsi Jabar, serta masyarakat Jabar, mengucapkan belasungkawa dan juga keprihatinan sedalam-dalamnya atas meninggalnya para santri,” kata Uu di Sofifi, Maluku Utara.
Dengan adanya kejadian itu, Uu mengajak masyarakat untuk mendoakan supaya para santri yang menjadi korban tersebut khusnul khatimah, serta keluarga yang ditinggalkan diberikan keikhlasan dan kesabaran yang sebesar-besarnya.
“Kami yakin mereka adalah syuhada, karena mereka sedang dalam lingkungan pondok pesantren, sedang belajar ilmu agama, sedang memperdalam ilmu agama,” ucapnya.
“Oleh karena itu, kami memiliki keyakinan, mereka adalah mujahid fisabilillah. Dengan harapan dan doa mudah-mudahan anak-anak kita yang menjadi syuhada diterima iman Islamnya, diterima amal dan perbuatannya, serta menjadi khusnul khatimah, dan ditempatkan di tempat yang mulia,” sambungnya. (wol/vin/d2)
Discussion about this post