“Menular itu kan karena adanya interaksi, mungkin lalai menggunakan masker, sering berkerumun juga, jadi teman yang satu dan yang lainnya bertemu di Sekolah, selain saat proses belajar pada saat istirahat juga telah melaksanakan prokes,” ujar Rendiana saat dihubungi Senin (25/10).
“Jadi perlu dievaluasi, bukan berarti boleh atau tidaknya PTM Terbatas. karena PTM sudah menjadi tuntutan umum masyarakat, tapi tata caranya, Prokesenya, insfrastrukturnya yang benar-benar harus mendukung,” tambahnya.
Dengan jumlah 84 siswa dan guru terpapar Covid-19, Awangga menyebut hal itu jadi bahan perhatian serius Pemerintah Kota (Pemko) Bandung untuk menjadi bahan evaluasi PTM Terbatas.
“Misalnya ada yang kena Covid-19 dia pulang ke rumah terus menularkan ke rumahnya, apalagi jika ada yang belum divaksin terus orang tua yang komorbid kan fatal nantinya,” jelasnya.
Untuk menghindari klaster baru di tingkat sekolah, Awangga mendorong Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bandung untuk melakukan evaluasi.
“Jadi memang yang kita khawatirkan bersama kan PTM Terbatas ini dapat menimbulkan klaster baru, tentunya kita perlu melakukan evaluasi prokes pada saat PTM Terbata apakah insfrastrukturnya sudah siap,” katanya.
Rendiana menjelaskan bahwa kuota kehadiran siswa juga menjadi hal yang harus dievaluasi oleh Disdik Kota Bandung.
“Kalau memang dikarenakan jumlah peserta yang terlalu banyak, berdampak pada kerumunan, itu juga harus dievaluasi, perlu dikurangi kuota PTM Terbatas nya,” ungkapnya.
Sementara itu 14 yang dilakukan penutupan sementara adalah, SD YAS, SDN 065 Cihampelas, SD Ibnu Taimiyah, SDN 200 Leuwipanjang, SDN 262 Panyileukan, SMP Pelita, SMPN 30 Bandung, SMA Pasundan 2, SMAN 7 Bandung, SMKN 12 Bandung, SMKN 5 Bandung, SMKN 6 Bandung, SMK Buana Karya, dan SLB C Sumber Sari. (wol/vin)
Editor: ANDA
Discussion about this post