BANDUNG, jabar.waspada.co.id – Sejak 1998, Yoyo Sukarya (54 th) telah menggeluti profesi tukang cukur rambut (pangkas). Bermula dari kebangkrutan pabrik tempat ia bekerja akibat gejolak reformasi zaman Orde Baru, Yoyo memutuskan menyambung hidup dan menafkahi keluarga kecilnya dengan menekuni profesi tukang cukur rambut.
Keahlian Yoyo dalam hal pangkas rambut tidaklah ngawur. Berasal dari hobinya mencukur rekan kerja di pabrik dan sejumlah kerabat, Yoyo jadi lihai memainkan gunting untuk merapikan berbagai model rambut.
Awalnya Yoyo menawarkan jasa potong rambut dengan berkeliling sekitar Kota Bandung pada 1998 itu. Lalu tidak sengaja dirinya berhenti di Taman Cilaki dan melihat pemandangan banyaknya tukang cukur yang mangkal di wilayah tersebut.
Keinginan bergabung mendirikan tempat cukur di bawah pohon rindang (populer disebut DPR) Taman Cilaki pun seketika tumbuh di benak lelaki kelahiran Bandung yang besar di Garut itu.
Singkat cerita, Yoyo memberanikan diri dan meminta izin ke seorang penjaga taman untuk membuka lapak cukur dan akhirnya memperoleh restu.
Tak lama, keesokan harinya Yoyo langsung membuka lapak di dalam Taman Cilaki bersama dengan sembilan tukang cukur lainnya.
Selama 10 tahun membuka jasa cukur di dalam Taman Cilaki, aturan baru Pemerintah Kota Bandung pun muncul. Adanya proyek pembangunan pagar di setiap taman kota membuat sepuluh tukang cukur DPR termasuk Yoyo tergusur dan terpaksa harus mengosongkan area dalam Taman Cilaki.
Namun seperti api tidak mau padam, Yoyo dan tiga tukang cukur DPR yang bertahan membuka lapak di luar pagar Taman Cilaki.
Seiring digerusnya waktu, satu-persatu rekan Yoyo mencukur di DPR rontok dimakan usia.
“Karena pada meninggal saya sudah dua tahun sendiri (mencukur di DPR) dan saya sudah membuka jasa cukur di dalam taman 10 tahun lalu di luar pagar taman 14 tahun,” ujar bapak beranak empat itu.
Dihadapkan dengan teknologi dan gaya serba modern yang menyelimuti kehidupan saat ini, Yoyo tidak gusar. Bermodalkan jam terbang, Yoyo dapat memuaskan pelanggan dengan model rambut sesuai keinginan.
“Sesuai permintaan saya bisa. Jadi tukang cukur itu belajar ya, kalau sudah punya naluri dipraktikkan ya jalan. Tinggal nanti nurutin aja sesuai contoh yang diberikan pelanggan,” ucap Yoyo sembari mencukur pelanggan.
Di tengah keadaan yang serba terbatas seperti tempat hingga tidak adanya aliran listrik di DPR, Yoyo masih yakin bisa bertahan.
Walaupun berbekal alat cukur yang masih tradisional tetapi ia memiliki insting tajam dalam hal merapikan rambut.
Yoyo mengungkapkan, dirinya mencukur hanya menggunakan gunting biasa, sasak, dan keuyeup (gunting rapi) serta silet untuk mencukur kumis maupun jenggot pelanggannya.
Mengenai ongkos cukur, Yoyo memasang tarif Rp15 ribu. Tapi angka tersebut dapat berubah, tergantung pelanggan memberinya berapa.
Yoyo Si Tukang cukur DPR terakhir ini bercerita, bahwa mencukur adalah caranya dalam bersedekah. Dalam menekuni profesi cukur rambut, Yoyo tidak pernah meminta walaupun sesekali ada pelanggan yang kurang membayar jasanya.
Baginya profesi cukur rambut adalah kesenangan yang menghasilkan rezeki. (wol/vin)
Editor AGUS UTAMA
Discussion about this post